Senin, 07 Oktober 2013

HMI Sintang Jangan Sampai Seperti Kodak



Autbond Kepengurusan HMI Cab.Sintang

Sintang(Kalbar Times) Diharapkan Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) Cabang Sintang kedepannya tidak bernasib sama dengan Kodak. HMI harus tetap bisa eksis dalam menciptakan kader intelektual muda yang berakhlak mulia dan mampu memberikan warna baru serta mampu mentraformasikan diri terhadap perubahan jaman.
Alasan jangan bernasib sama dengan Kodak, sebab Kodak merupakan Kamera yang dipakai pada era tahun 90-an. Pada era tersebut Kodak yang paling terkenal diseluruh penjuru dunia. Namun siapa sangka kalau raksasa perusahaan sekaliber Kodak yang sudah berusia ratusan tahun bisa tersungkur akibat  sikap Meragu dan tidak mau beradaptasi dengan perkembangan Jaman.
Kodak yang didominasi kamera film sebenarnya memiliki waktu satu dekade untuk transformasi dirinya untuk bersiap-siap mengikuti perubahan jaman yang semakin maju. Namun alhasil Kodak tetap  kekeh pada pendiriannya. Baru kemudian di tahun 2000-an Kodak mulai sadar akan kesalahan strateginya. Ia mulai berbenah  tetapi terlambat sudah.
Begitu juga dengan HMI, jangan sampai bernasib sama dengan Kodak, karena tidak mau mentarnsformasikan dirinya sesuai dengan perkembangan Zaman yang hanya melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan oleh senor-seniornya terdahulu tanpa melakukan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman maka dengan sendirinya akan tergilas oleh jaman, akan dipandang orang sebelah mata bahkan bisa hilang dari peredarannya khususnya di Sintang
Sebagai seorang Kader HMI sudah saatnya melakukan perubahan terhadap jalannya roda organiasi sesuai dengan perkembangan jaman. Sudah saatnya seorang kaum intelektual mampu menciptakan hal yang baru demi sebuah kemajuan tanpa mengabaikan Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HMI dan tertap sebagai ruh perjuangan.
kemampuan Organisasi untuk beradaptasi dan membaca perkembangan arus zaman menjadi harga mati bagi HMI untuk memainkan peran yang strategis ditengah polarisasi serta metamorfosis wajah perdaban yang semakin kompleks. HMI mesti menjadi ujung tombak perubahan dan pembaharuan terhadap fenomena kebangsaaan dan keummatan. Rencana strategis sangat dibutuhkan demi eksistensi perkaderan dan pencapaian mission HMI, hal tersebut dapat digapai dimulai dari internal HMI.
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) saat ini, khususnya di HMI cabang Sintang hanya dimaknai sebagai sebuah dokumen yang tak bermakna. Padahal jika AD/ART tersebut merupakan sebuah tafsir Ruh perjuangan HMI. Konsekuensi dari kesalahan penfsiran tersebut berdampak buruk terhadap kepengurusan di HMI Cabang Sintang.
Berangkat dari permasalahan tersebut kepengurusan HMI cabang Sintang dituntut menjadikannya sebagai pekerjaan rumah agar kembali merumuskan solusi alternatif yang kontekstual terhadap problem HMI yakni dengan rumusan rencana strategis maupun taktis yang efektif dan produktif.
Langkah yang harus dilakukan oleh kepengurusan HMI saat ini dalam menjalankan roda Organisasi dibutuhkan Tim yang tanggung(Pengurus) untuk mencapai tujuan dengan tenggang waktu yang sudah ditentukan. Langkah tersebut akan terwujud dibutuhkan komitmen dari setiap kader serta komunikasi yang baik. Untuk membangun serta menggerakkan roda organinasi sebagai seorang kader dituntut untuk membangun Komunikasi dan Interaksi yang lebih luas. Dalam proses pembaharuan ruh idiologi ini, HMI perlu juga membangun komunikasi dan interaksi yang lebih luas tanpa harus kikuk oleh perbedaan bendera dengan organisasi lain.
Sesungguhnya antara HMI dengan organisasi lain memiliki ide dan cita-cita yang sama tujuannya, namun untuk mencapai sebuah tujuan tersebut hanya sistem dan teknisnya saja yang berbeda. Keterbelahan HMI dengan organisasi lain dewasa ini tidak lain ektensi kelompok.
dengan kata lain HMI menjadi organisasi inklusif, organisai yang tidak mengedepankan ego dan mau menyediakan ruang pengakuan akan adanya kebenaran di luar kebenaran yan didefinisikan oleh HMI sendiri. Kemampuan akademis sesuai jurusan memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan kader, bukan saja kemampuan berprofesi nampak lebih safety dibandingkan dengan profesi politik yang tidak pasti.(*)